Sakamichi Review : Mou Mori He Kaerou Ka? - Keyakizaka46
Sakamichi Review : Mou Mori He Kaerou Ka?
Coupling untuk single keenam Keyakizaka kembali keluar. Kali ini adalah MV untuk Mou Mori He Kaerou Ka? yang dirilis pada 28 Februari. Selang 4 hari dari coupling sebelumnya Bathroom Travel. Kali ini, adalah coupling Kanji, berbeda dengan sebelumnya.
Dan yah, seperti biasa, ekspektasiku masih rendah. Selain karena aku tidak punya banyak waktu untuk prioritas artikel mana yang ingin di-upload lebih dulu, karena banyak sekali materi yang ingin kuangkat akhir-akhir ini. Belum lagi gangguan dari game untuk mencari four-leaf clover.
Yah, sesuai janji, akhirnya pada akhir pekan aku bisa merilis Sakamichi Review untuk tiga coupling bersamaan. Nah, langsung saja, ini dia Sakamichi Review untuk Mou Mori He Kaerou ka?, coupling Kanji dari Glass wo Ware.
Pertama-tama, dari opening scene selama 5 detik awal saja sudah kelihatan kalau ini adalah MV Keyaki. Siapa lagi yang akan membuat opening dengan kumpulan lightstick yang membentuk partikel? Yang kedua jelas, adegan tidur di lantai yang khas.
Well, sebenarnya tidak banyak yang bisa kutulis dari MV ini, karena premisnya sudah diulang-ulang sejak single pertama Keyaki, begitu juga storyline yang banyak dipakai di 2017 kemarin. It’s all about subliminal message, tidak ada patoka khusus akan ceritanya.
Mou Mori He Kaerou Ka tidak melenceng dari pattern khas Keyaki, tapi seperti yang sudah menjadi umum didengar, kalau Keyaki semakin kesini semakin membosankan, ya tidak bisa disalahkan. Cuma sedikit yang punya minat yang tetap tinggi pada hal seperti ini, setelah diulang-ulang terus.
Bagaimana mereka bisa ada di pabrik terlantar, Tecchi yang berjalan di gorong-gorong dan dikelilingi oleh orang-orang berpakaian anti radiasi, ruangan berisi kertas-kertas yang memuat komentar online, dan bagian terakhir dimana Tecchi dan kayu terbakar yang membantuk partikel.
Well, ada satu cerita yang masuk ke kepalaku begitu melihat MV ini. Tepat satu cerita yang dulu juga pernah kutulis artikelnya. Poin-poin diatas mendukung teoriku tentang lagu ini. Cerita apa yang kumaksud? Peristiwa Chernobyl 1986, dan juga, Fukushima 2011.
Ya, banyak hal yang berkaitan dengan Chernobyl dan MV ini. Pertama, dari segi latar belakang MV. Pabrik terlantar, hutan, dan orang-orang yang berpakaian anti radiasi. Semua ini merujuk pada kemungkinan kalau tempat yang dipakai itu adalah reaktor nuklir.
Tempat yang dipakai saat dance scene itu memperlihatkan kalau interiornya adalah bangunan tua. That’s the pump cooling system. Saat beralih ke scene berikutnya pun, mesin yang diperlihatkan juga mesin zaman dulu. Well, sampai disini argumenku tentang reaktor nuklir terlihat lemah, tapi bagian berikutnya…
Hanya sedikit tempat dimana pakaian anti radiasi digunakan, biasanya jelas karena ada elemen berbahaya bagi manusialah maka pakaian ini digunakan. Gorong-gorong yang ditampilkan mau tak mau mengingatkan pada bagian dari sistem pendingin reaktor.
Diatas aku sudah sedikit menyinggung tentang lightstick berbentuk partikel. Well, partikel sendiri bukan ekspresi yang tepat, tapi pada dasarnya, bentuk ini umum digunakan dalam sains untuk melambangkan berbagai hal. Dari materi sampai lokasi Bumi dari 13 Quasar.
Lalu di bagian saat Tecchi dan kayu-kayu terbakar dengan bentuk yang sama. Nah, ini adalah bagian saat reaktor nuklir terbakar, apinya tidak akan padam dengan mudah. Hutan juga menjadi simbolis saat alam mengklaim kembali haknya.
Well, itu storyline dari MV ini versiku. Bukan review yang bagus sih, tapi ya intinya begitulah. Lagipula, aku sendiri tidak tahu harus menulis apa lagi karena sudah sering ditulis. Untuk urusan screentime, MV ini sedikit lebih baik dari Glass wo Ware.
Tidak bisa dibilang benar-benar adil, tapi setidaknya lebih equal. Sisi lain yang patut dipuji adalah sinematografi yang masih mempertahankan standar Keyaki. Dark, tapi masih bisa dinikmati dari segi visual. Harus diakui, untuk urusan impact, Keyaki adalah yang paling bisa menerjemahkannya saat ini.
Ada juga bagian yang mengingatkanku pada Another Brick in the Wall-nya Pink Floyd. Set lokasi yang sama, adegan yang mirip terutama saat member berbaris di tangga dan lantai dua. Well, tidak salah kalau Keyaki dibilang grup nomor 1 saat ini -ini bukan kata-kataku, di internet ada yang bilang begini-
Satu lagi, jika kalian ingat, MV Keyaki memiliki timeline sendiri, hal ini pernah kutulis di Sakamichi Review untuk Getsuyoubi. Sejauh ini aku masih belum menemukan dimana letak Mou Mori He Kaerou Ka di timeline ini. Kalau aku, well entahlah, tidak sedang dalam mood untuk melihat review-reviewku sebelumnya.
Overall, MV ini bagus. Impact dapat, visual dapat, cuma miss di sisi kejutan. Aku sendiri mungkin tidak melihat MV ini lagi untuk waktu lama setelah review ini. Tidak adanya sesuatu yang memorable jelas menjadi faktor utama. Bathroom Travel saja lebih memorable.