Skip to main content

Falcon Heavy and Starman





Falcon Heavy and Starman



Pada 6 Februari kemarin, roket Falcon Heavy, hasil karya dari perusahaan luar angkasa SpaceX yang dikomandoi oleh “Iron Man” Elon Musk meluncur dari Cape Canaveral, Florida. Kenapa ini menjadi berita besar, adalah karena peluncuran Heavy menjadi roket pertama yang reusable.

Teknologi roket selama ini yang terbagi menjadi 3 bagian; dua untuk lift-off yang bertugas membawa payload ke luar angkasa, dan payload itu sendiri. Dua bagian itu biasanya tidak bisa digunakan lagi, alias jatuh ke Atlantik begitu tugasnya selesai. Falcon Heavy merubah itu.

Tiga core menjadi pengantar Heavy ke orbit, dengan 27 mesin Merlin yang bisa melepaskan tenaga setara 18 jumbo jet Boeing 747 saat lift-off. Stage kedua dengan satu core menjadi bagian terakhir dari Falcon Heavy yang reusable. Menurut perhitungan, ketiga mesin akan mendarat sempurna di bumi.



Dua core berhasil mendarat dengan sukses. Hanya core yang digunakan untuk stage dua gagal mendarat ke drone ship dan malah jatuh ke laut Atlantik. Faktor gagalnya core ketiga adalah 2/3 dari mesin yang tidak menyala di waktu yang tepat untuk memperlambat jatuhnya dari atmosfir.

Tapi ini jelas bukan sesuatu yang layak disalahkan. Teknologi baru selalu membawa kegagalan di awal. SpaceX bukan pemain hijau, dan di tahun 2018 ini, masih ada dua jadwal peluncuran lagi. Well, di zaman sekarang, menghabiskan milyaran dollar untuk sesuatu yang gagal masih sulit diterima publik.

Di era dimana beberapa negara mengalami krisis ekonomi, perang, krisis religi, sampai campuran antara religi dan ekonomi, ambisi Elon Musk dinilai hanya layak untuk Hollywood. Well, for someone like me, Musk is a role model. Went from rags to riches, he made it all.

Tesla, Hyperloop, SpaceX, bahkan PayPal. Musk bahkan bisa dibilang sosok paling tenar di jagat teknologi setelah wafatnya Steve Jobs. Musk tahu cara untuk membuat dirinya menjadi pusat perhatian, dan peluncuran Falcon Heavy bulan lalu adalah salah satu bukti.

Menjadi lebih heboh lagi, terutama bagi kaum bumi datar, saat Starman, manekin yang mengendarai Tesla Roadster original 2008 berwarna merah yang ikut menumpang pada roket Falcon Heavy menampilkan wajah the pale blue dot dan sedang dalam perjalanan menuju orbit Mars.



Ya, Starman adalah manekin. Manekin yang mengendarai Tesla Roadster milik Musk sebagai payload dari Falcon Heavy yang direncakan akan mendarat di Mars. Nah disini aku sendiri tidak menyukai ide ini. Karena jelas, akan mencemari Mars dengan mikroba dan lain sebagainya dari Bumi.

Kasus yang sama untuk wahana Huygens dan Cassini yang keduanya berakhir di Titan dan Saturnus masing-masing pada 2004 dan 2017 kemarin. Cassini sedikit lebih baik karena crash di atmosfir Saturnus. Tapi Starman? Well, aku merasa itu bukan ide bagus, apalagi rencana Musk untuk mengirim manusia kesana di dekade berikutnya.

Untungnya, hal itu tidak kejadian. Berdasarkan hitungan terakhir, trajectory Starman melenceng cukup jauh. Alih-alih Mars, Starman akan menuju asteroid belt. Yaitu kumpulan asteroid yang ada diantara Mars dan Jupiter. Bahkan, jika mungkin, Starman bisa juga kembali mendekat ke Bumi pada 2091.


Mengesampingkan itu, banyak flat earth follower yang masih dengan gigih memberikan “fakta” kalau Starman adalah kepalsuan. Well, aku tidak akan berdebat soal ini, karena aku sendiri tertarik pada astronomi dan jelas bukan penganut bumi datar, bukan juga doktor dalam ilmu aeronautical, dan juga, penggemar Elon Musk.


Membicarakan teori konspirasi untuk ini akan panjang, sama seperti membicarakan Apollo 11, dan lunar landing hoax. Jadi, membicarakan dari segi teknis, pencapaian manusianya saja, Falcon Heavy dan Starman, adalah the next big step.

Karena aku tipe orang yang lebih condong pada sains, juga membayangkan bahwa kehidupan bukan hanya di Bumi saja, ide untuk melangkah lebih jauh dari manhome atau bulan adalah impian. Too bad, di negeri ini astronautical tidak pernah dianggap serius.

Dan juga, rencana untuk Mars 2020. SpaceX, NASA, Blue Origin, dan Virgin Galactic menjadi pemain terdepan untuk kolonisasi Mars. Roket-roket Falcon akan menjadi basis transportasi bagi SpaceX.



Nah, kali ini bagaimana dengan ngidolnya? Sekali ini, silakan menebak, dan memikirkan sendiri apa yang ingin kusampaikan. Kata kuncinya adalah separuh-berhasil-separuh-gagal-nya Falcon Heavy, Starman yang kini sedang di angkasa, dan penganut flat earth yang kembali menganggap Starman adalah hoax.

Publikasikan teori ngidol kalian tentang ini. Kalau ada yang tebakannya benar, aku akan memastikannya.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar